Bincang Kemudianers

Thursday, December 20, 2007 | Labels: | 3 comments |

Jadwal:

  • Minggu, 24 Februari 2008, pkl. 13.00-16.00
Topik:
  • “KEMUDIAN kini dan kemudian”
Pembicara:
  • Farida dan Tiva (Pendiri KEMUDIAN)
Moderator:
  • Hanny Kusumawati

Read More...

Workshop Inspirasional

| Labels: | 0 comments |

Jadwal:

  • Minggu, 24 Februari 2008, pkl. 09.30-12.00
Tempat:
  • Gedung Dinas Teknis (Bank DKI), Gunung Sahari - Jakarta Pusat

Topik:
  • “Semua Bisa Menulis ... Jadi Kenapa Tidak?!”
Pembicara:
  • T.S. Pinang
Moderator:
  • Kinu Triatmodjo

Read More...

Seminar

| Labels: | 0 comments |

Jadwal:

  • Sabtu, 23 Februari 2008, pkl.09.30-12.00 (Sesi I)
  • Sabtu, 23 Februari 2008, pkl.13.00-15.30 (Sesi II)
Tempat:
  • Gedung Dinas Teknis (Bank DKI), Gunung Sahari - Jakarta Pusat
Topik:
  • Proses Kreatif Membuat Karya Tulis (Sesi I)
  • Persiapan Diri Menjadi Penulis Profesional (Sesi II)
Pembicara:
  • Putu Wijaya (Sesi I)
  • Ahmad Tohari (Sesi II)
  • Joni Ariadinata (Sesi I & II)
Moderator:
  • Tamara Geraldine

Read More...

Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha ti.

Monday, December 17, 2007 | Labels: , | 4 comments |

Oleh Mikael Johani

Hati oleh ghe

duh.

hatimu berserakan di lantai kamarku

sebentar. kuambil pengki dan sapu



Saya tertawa membaca ini. Sebentar, jangan tertawa dulu. Tertawa barang langka sekarang dalam sastra Indonesia, paling tidak (meneruskan rant saya dua di sesi satu kemarin) yang diakui oleh koran-koran Minggu. Dan orang sebenarnya rindu ketawa, lihat ini. Jadi, satu hal penting dulu, hanya karena saya tertawa, bukan berarti sajak kecil ini lebih 'ringan' apalagi lebih tidak bermutu daripada sajak yang membuat saya mengerutkan dahi atau mengelus-elus dada (ini juga mungkin terjadi gara-gara saya bingung dan putus asa nggak ngerti artinya, belum tentu karena sajaknya menyedihkan dan membuat trenyuh).

Read More...

ROMANTISME Menanti Hujan

| Labels: , | 2 comments |

Oleh Amalia Suryani

Menanti Hujan oleh noir

Tidak jelas. Tapi ketidakjelasan itu sangat manis dibaca dan dibayangkan. Mungkin ini gara-gara hujan. Sebab selain nuansa suram dan kelabu, hujan memang suka memberi efek manis romantis.

Engkaukah yang datang bersama hujan itu?

Oh ya… si pengarang, yang awalnya saya pikir perempuan, memilih pertanyaan yang benar. Sebab pertanyaan sentimentil semacam itu sungguh serasi dipadankan dengan suasana tubuh dan sekaligus hati yang dingin.

Read More...

MISTERI Danau Kematian

| Labels: , | 0 comments |

Oleh Amalia Suryani

Danau Kematian oleh niska

Fiksi memang bisa menjadi kedok bagi pengarang untuk menjawab keanehan, ketidakmungkinan, dan lebih ekstrim lagi: kemustahilan. Lewat fiksi, imajinasi bisa dibentangkan seluas dunia, termasuk dunia lain yang tidak kasat mata. Penceritaan Danau Kematian adalah salah satu kemustahilan, yang saya yakin oleh pengarangnya dianggap “aman” karena ini cerita fiksi.

Read More...

Membicarakan Hujan di Bulan Desember

| Labels: , | 1 comments |

Oleh Setiyo Bardono

Bulan Desember identik dengan hujan. Desember, gede-gedene sumber, begitu khasanah budaya Jawa mengartikannya. "Sumber" sendiri bisa berarti mata air atau sumur. Bulan Desember berarti bulan dimana sumur atau mata air dalam kandungan air yang berlimpah karena hujan.

Dalam bulan Desember ini pula saya menerima dua naskah cerpen yang menyinggung tentang hujan. Dua cerpen tersebut harus saya resensi untuk program resensi karya kemudian.com. Sebenarnya saya bukan peresensi yang baik, tapi saya akan mencoba mengupas dua cerpen itu dengan cara saya sendiri.

Read More...

Membaca “Danau Kematian”

| Labels: , | 0 comments |

Oleh: Ratih Kumala

Danau Kematian oleh niska

“Apakah ia akan bernasib sama seperti aku dulu? Tersihir oleh peri-peri kecil yang ada di permukaan danau dan terhanyut pula oleh tangan-tangan ganggang hijau yang gemulai ini?” (Cerpen “Danau Kematian”)

Peri-peri, yang digambarkan sebesar bunga pohon putri malu dan berterbangan lincah dengan sayap yang keemasan, adalah yang dikatakan sebagai penyebab kematian Rina, tokoh utama cerpen “Danau Kematian”. Peri ini juga yang kemudian membuat tokoh Irin, tergoda dan akhirnya tercebur ke danau.

“Danau Kematian” bercerita tentang Rina, kekasih Diar, yang tewas tepat pada hari ulangtahun Diar. Rina menghilang, dan kemudian diketahui ternyata telah tercebur di danau karena tertegun melihat bayangan peri di permukaan danau pada pagi hari. Ia tenggelam dan mayatnya tak ditemukan hingga lebih dari dua bulan. Cerpen ini bertutur lewat point of view (POV) Rina.

Read More...

[Profil] Amalia Suryani

Sunday, December 16, 2007 | Labels: | 0 comments |

Amalia pernah menyandang Penulis Berbakat Lomba Teenlit writer 2005. Sejak saat itu ia telah mengeluarkan 3 novel teenlit yang semuanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, yaitu Being 17, Rival, 100 jam dan dua buah cerpennya yang masuk dalam kumpulan cerpen teenlit GPU: Idolamu? Itu aku!