Lomba Cerpen 100 Kata dan Puisi

Monday, January 14, 2008 | Labels: | 1 comments |

Hampir bisa dipastikan bahwa semua hal yang pertama adalah yang tidak akan pernah terlupakan. Siapa yang bisa melupakan cinta pertama, hari pertama masuk kerja, ciuman pertama, pertama kali bisa belajar mobil, gaji pertama atau perjalanan pertama keluar negeri? Hmm, ‘yang pertama’ memang selalu berkesan walaupun kejadiannya tidak melulu yang indah-indah.

Read More...

DEPRESSED DIASPORA OF THE WORLD UNITE!

| Labels: , | 0 comments |

Oleh Mikael Johani

In the Cold November Rain
The Bus Driver’s Wife
Five Minutes
Oleh
FrenZy

Not only are these stories written in English, they’re set outside Indonesia, the first in London, then Brisbane, and Melbourne.

Gets rid of one problem: something that sometimes Laksmi Pamuntjak (say) struggles with in her English poems/short-stories. Like I’ve written and pointed out so many times here. I’m sick of it myself, if you write in English about Hotel Grand Menteng, would you say it’s a ‘love-motel’, as Laksmi does, taking a run-o-the mill Ameringlish idiom to describe something Indonesian, or use a term like ‘check-in place’ since that’s what we Indonesians call it? Not idiomatic English perhaps, but isn’t it more real? What is real? What use is real in fiction?

Read More...

Beberapa Catatan Kecil -- yang mungkin tak penting

| Labels: , | 0 comments |

Oleh Gunawan Maryanto

Butterfly Kisses oleh noir

Membaca Butterfly Kisses, aku tak menemukan sebuah cerita yang tumbuh. Aku hanya menemukan sebuah info: “aku rindu padamu”. Tak ada lagi yang lain. Rindu itu pun tak tumbuh. Tak mengembang. Mati (bahkan sebelum kalimat terakhir).

Jika tak ada cerita (memang tak ada keharusan bercerita), aku pun mencari cara bercerita. Sayangnya, tak ada. Yang ada adalah keterbata-bataan dalam berbahasa, kegenitan (sok indah, sok puitis), bahkan ketersesatan bahasa. Di beberapa kalimat aku terpaksa berhenti untuk mencoba memahami apa yang sebenanya penuliskan ingin sampaikan. Seperti dalam:

Read More...