Mengejar Sang Putri
Sunday, December 2, 2007 | Labels: resensi, sesi 2 | |Oleh Primadonna Angela
Putri Impian oleh moesafeer
Kisah ini diawali dengan kalimat pembuka yang cukup menarik. Gaya penulisannya puitis romantis, dengan diksi yang manis. “Putri Impian” memiliki plot yang sederhana, dan walau saya sudah sering membaca cerita yang kurang lebih temanya sama, kisah ini masih menyenangkan untuk disimak.
Putri Impian oleh moesafeer
Kisah ini diawali dengan kalimat pembuka yang cukup menarik. Gaya penulisannya puitis romantis, dengan diksi yang manis. “Putri Impian” memiliki plot yang sederhana, dan walau saya sudah sering membaca cerita yang kurang lebih temanya sama, kisah ini masih menyenangkan untuk disimak.
Yang sedikit mengganggu, barangkali, karena saya sulit merasakan keterlibatan emosi dengan prosa ini. Saat saya membacanya, tidak ubahnya seperti membaca selebaran iklan. Sekilas, sepintas, sekelebat saja. Menarik, iya. Menggugah, kurang. Mungkin karena dalam kisah ini bisa dikatakan, tidak ada konflik yang menggigit. Tidak ada sesuatu yang membuat saya, sebagai seorang pembaca, menanti-nanti apa yang akan terjadi sesudahnya. Saya jadi bertanya-tanya, apa pentingnya sih, bagi sang protagonis (atau malah narator) untuk bertemu putri impiannya? Apa latar belakang atau motivasinya?
Mungkin apabila kisah ini diberikan pelengkap berupa latar belakang penulis mengapa baginya begitu penting untuk bertemu sang putri, pembaca akan lebih terpikat. Misalnya saja, sang narator pernah mengalami OBE (Out of Body Experience) atau Near Death Experience, dan bertemu sosok sang putri yang menyelamatkannya? Atau dia pernah bertemu dengan sang putri dalam mimpi, yang terasa begitu nyata?
Terlepas dari tiadanya konflik, kisah ini dapat dikembangkan menjadi cerita yang lebih padat dan mendalam. Dengan ditambahkan konflik, plus pemilihan kosa kata yang indah, para pembaca akan lebih terpukau dan merasakan keterlibatan emosi dengan sang protagonis.
Mungkin apabila kisah ini diberikan pelengkap berupa latar belakang penulis mengapa baginya begitu penting untuk bertemu sang putri, pembaca akan lebih terpikat. Misalnya saja, sang narator pernah mengalami OBE (Out of Body Experience) atau Near Death Experience, dan bertemu sosok sang putri yang menyelamatkannya? Atau dia pernah bertemu dengan sang putri dalam mimpi, yang terasa begitu nyata?
Terlepas dari tiadanya konflik, kisah ini dapat dikembangkan menjadi cerita yang lebih padat dan mendalam. Dengan ditambahkan konflik, plus pemilihan kosa kata yang indah, para pembaca akan lebih terpukau dan merasakan keterlibatan emosi dengan sang protagonis.