[Profil] Primadonna Angela

Saturday, November 10, 2007 | Labels: | 1 comments |

Seorang penulis yang lahir di Rumbai pada tanggal 7 Oktober 1976. Menamatkan kuliah di Jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran dengan predikat cum laude, ia baru menerbitkan buku pertamanya setelah menikah pada tahun 2004 dengan Isman H. Suryaman, seorang penulis humor.

Karya-karyanya termasuk dalam kategori fiksi populer, mengarah pada pembaca remaja (13-20 tahun) dan dewasa (20-40 tahun). Beberapa karyanya yang sudah terbit: Quarter Life Fear (2005), Belanglicious (2006), Love at First Fall (2006), Quarter Life Dilemma (2006), Jangan Berkedip! (2006) - flash fiction, ditulis bersama Isman H. Suryaman, Big Brother Complex (2007), Resep Cinta (2007), Kintaholic (2007), dan Dj & JD (2007) - ditulis bersama Syafrina Siregar.

Read More...

[Profil] Nanang Suryadi

Wednesday, November 7, 2007 | Labels: | 0 comments |

NANANG SURYADI, lahir di Pulomerak, Serang pada 8 Juli 1973. Staff pengajar FE Unibraw yang menyukai seni budaya ini berinteraksi kreatif dengan rekan-rekan yang memiliki minat pada seni, antara lain dalam: Yayasan Multimedia Sastra (YMS) serta di Cybersastra.net (sebagai redaktur puisi), Teater Kunci SMA Negeri Cilegon (sebagai pendiri dan ketua 1989-1990), Teater Ego FE Unibraw (sebagai salah seorang pendiri dan ketua 1992-1994), Unit Aktivitas Teater Mahasiswa Unibraw (sebagai ketua 1993-1994), HP3N (Himpunan Pengarang, Penulis, Penyair Nusantara), Forum Pekerja Seni Malang, Komunitas Sastra Indonesia (KSI), LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam), Komunitas Belajar Sastra Malang (KBSM), Masyarakat Sastra Internet (MSI).

Puisi-puisinya dimuat berbagai media massa di dalam dan luar negeri, antara lain: Jurnal Puisi, Bahana (Brunei) dan Perisa (Malaysia), majalah Horison, koran Suara Pembaruan, koran Kompas, koran Republika, koran Pikiran Rakyat, Korantempo, koran Lampung Post, koran Jawa Pos, koran Harian Banten, Sijori Mandiri (Batam), Mimbar Umum (Medan), Majalah Menjemaat (Medan), Majalah Media Pembinaan, Majalah Indikator (FE Unibraw), Tabloid Mimbar (Unibraw), Buletin Kreatif (HP3N Malang), Jurnal Revitalisasi Sastra Pedalaman, Mingguan Pelajar, Buletin Jendela Seni, Buletin Independent (HMI), serta disiarkan melalui Radio Jerman Deutsche Welle, situs cybersastra.net, bumimanusia.or.id dan detikplus.com.

Buku-buku puisi yang menyimpan puisinya, antara lain: Sketsa (HP3N, 1993), Sajak Di Usia Dua Satu (1994), dan Orang Sendiri Membaca Diri (SIF, 1997), Silhuet Panorama dan Negeri Yang Menangis (MSI,1999), Telah Dialamatkan Padamu (Dewata Publishing, 2002) sebagai kumpulan puisi pribadi.

Sedangkan antologi puisi bersama rekan-rekan penyair, antara lain: Cermin Retak (Ego, 1993), Tanda (Ego- Indikator, 1995), Kebangkitan Nusantara I (HP3N, 1994), Kebangkitan Nusantara II (HP3N, 1995), Bangkit (HP3N, 1996), Getar (HP3N, 1995 ), Batu Beramal II (HP3N, 1995), Sempalan (FPSM, 1994), Pelataran (FPSM, 1995), Interupsi (1994), Antologi Puisi Indonesia (Angkasa-KSI, 1997), Resonansi Indonesia (KSI, 2000), Graffiti Gratitude (Angkasa-YMS, 2001), Ini Sirkus Senyum (Komunitas Bumi Manusia, 2002), Hijau Kelon & Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, 2002).

Read More...

Sesi V Resensi

| Labels: , | 0 comments |

Start: 21 Januari 2008
Location: kemudian.com

Peresensi :
Nanang Suryadi
Mikael Johani
Lisa Febriyanti
Amalia Suryani

(detil peresensi masih akan bertambah dan detil karya akan menyusul)

Read More...

Sesi IV Resensi

| Labels: , | 0 comments |

Start: 7 Januari 2008
Location: Kemudian.com

Peresensi :
M. Aan Mansyur
Budhi Setyawan
Nanang Suryadi
Mikael Johani
Lisa Febriyanti
Fahmi Amrulloh
Hara Hope

(detil peresensi masih akan bertambah dan detil karya akan menyusul)

Read More...

Sesi III Resensi

| Labels: , | 0 comments |

Start: 17 Desember 2007
Location: Kemudian.com

Peresensi :
Zabidi Ibnoe Say
Nanang Suryadi
Mikael Johani
Amalia Suryani
Setiyo Bardono
Ratih Kumala

(detil peresensi masih akan bertambah dan detil karya menyusul)

Read More...

Sesi II Resensi

| Labels: , | 0 comments |

Start: 3 Desember 2007
Location: Kemudian.com

Materi : 4 puisi, 4 prosa

Peresensi Puisi :
M. Aan Mansyur
Mikael Johani
Nanang Suryadi
Inez Dikara

Peresensi Prosa :
Gunawan Maryanto
Kurnia Effendi
Yonathan Rahardjo
Primadona Angela

Puisi :
Aku, Kau ... Kita

Prosa :
Putri Impian
Bincang Kecil Tono

(list detil akan menyusul atau bisa juga berubah)

Read More...

Sesi I Resensi

| Labels: , | 2 comments |

Start: 20 November 2007
Location: Kemudian.com

Peresensi :
TS Pinang
Mikael Johani
Nanang Suryadi
Isman H. Suryaman
Wawan Eko Yulianto
Zabidi Ibnoe Say
Lisa Febriyanti

Puisi :
Puisi Kilat (TS Pinang, Nanang Suryadi)
Di Matamu Yang Ilalang (Mikael Johani, TS Pinang)



Prosa :
Hari Ini Kita Berpisah, Rani (Lisa Febriyanti, Zabidi Ibnoe Say)
Anak Kampung (Lisa Febriyanti, Wawan Eko Yulianto)
Eskapisme (Isman H. Suryaman, Wawan Eko Yulianto)
Monet (Isman H. Suryaman, Zabidi Ibnoe Say)

Note: list peresensi maupun karya bisa berubah sewaktu-waktu

Read More...

[Profil] TS Pinang

| Labels: | 0 comments |

Akrab dipanggil TSP dan lahir di desa Semirejo, Pati pada 1971. Pernah belajar arsitektur di UGM. Puisi dan eseinya dimuat di beberapa antologi bersama seperti : Graffiti Gratitude - antologi puisi cyber (2001), Filantropi (2001), Cybergraffiti - antologi esei (2001), Bumi Manusia 1 : Ini Sirkus Senyum (2002), Cyberpuitika (2002), Dian Sastro For President (2002), Dian Sastro For President #2 (2003), Les Cyberlettres (2005), Antologi Bungamatahari (2005), Jogja 5,9 Skala Richter (2006), Tongue In Your Ears (2007).

Puisi-puisi TSP juga dimuat di beberapa koran nasional seperti Republika, Kompas, dan Jurnal Nasional; sejumlah media lain : jurnal BlockNot Poetry dan beberapa milis maupun situs sastra di internet. Beberapa puisinya juga pernah dibacakan di Radio Suara Jerman Deutsche Welle dan RRI Nusantara II Yogyakarta.

Read More...

[Profil] Isman H. Suryaman

| Labels: | 0 comments |

Isman H. Suryaman adalah penulis humor Indonesia yang piawai menggelitik urat tawa dengan menggunakan humor pengamatan. Ciri karyanya terlihat dalam sentilan pada berbagai pola pikir atau pengkondisian sosial di Indonesia. Ia juga tidak ragu untuk menertawakan diri. "Jangan mengaku sebagai penulis humor di depan umum," katanya, "karena orang-orang akan meminta kita untuk membuktikannya."

Karya-karya Isman yang sudah terbit antara lain : Bertanya Atau Mati! - esei humor (2005), Jangan Berkedip! - flash fiction bersama Primadona Angela (2006), dan Tujuh Dosa Besar (Penggunaan Power Point).

Pada Ubud Writers and Readers Festival 2007, Isman terpilih sebagai salah satu penulis tuan rumah. Bertanya Atau Mati! bahkan disebut-sebut di kalangan panitia sebagai "Parasit Lajang versi Laki". Dalam festival sastra bergengsi itu, Isman menjadi salah satu panelis dalam "The Art of Satire".

Read More...

[Profil] Dino F. Umahuk

| Labels: | 0 comments |

Dino F Umahuk adalah redaktur Fordisastra.com, Moderator Milis Penyair dan Redaktur Pelaksana Koran Aceh Kita. Pernah memperoleh Juara I Lomba Cipta Puisi antar Perguruan Tinggi se Maluku dan Irian Jaya tahun 1997 dan mengikuti PEKSIMINAS III di Denpasar Bali 1994. Ia lahir pada 1 Oktober 1974. di sebuah Desa terpencil bernama Capalulu di Provinsi Maluku Utara

Menulis ratusan puisi di situs www.cybersastra.net, sarikata.com, www.ceritanet.com, www.wacana.net, fordisastra.com dan puistika.net. Aktif di milis Bunga Matahari, milis Penyair dan milis Apresiasi Sastra. Beberapa puisinya dimuat dalam Cyberpuitika – antologi puisi digital (2002), Dian Sastro For President #3 ( 2004), Nubut Labirin Luka – antologi puisi untuk Munir (2005), Empati Yogya – antologi puisi (2006) dan Yogya 5,9 Scala Richter – antologi puisi (2006). Sempat memproduseri sekaligus menyutradarai dua buah film dokumenter masing masing Surat Dari Cibubur dan Impunity Potret HAM Yang Terpasung di tahun 2001.

Saat ini selain menekuni kesibukannya sehari-hari sebagai Program Officer Peace Building di Bappenas untuk reintegrasi dan Perdamaian Aceh, ia juga mengurus situs fordisastra.com sebagai redaktur bersama Nanang Suryadi dan Hasan Aspahani.

Read More...

[Profil] Zabidi Ibnoe Say

| Labels: | 0 comments |

Zabidi Ibnoe Say sering menggunakan nama Zai Lawanglangit atau Zay Lawanglangit atau Zabidi S. Mengawali menulis lewat milis cybersastra.net. Pemilik blog http://zaylawanglangit.blogspot.com

Beberapa sajaknya terbit di Bisikan Kata, Teriakan Kota – antologi puisi temu sastra Jakarta (2003), Dian Sastro for President #2 – antologi puisi (2003), Maha Duka Aceh – antologi puisi (2005) dan Les Cyberlettres – antologi puisi cyberpunk (2005) serta Jogja 5,9 Skala Richter - antologi 100 puisi (2006).

Read More...

Menyongsong Perhelatan Komunitas Sastra Cyber Kemudian.com

| Labels: | 1 comments |

oleh Zabidi Ibnoe Say

Salam sastra,

Salah satu sahabat saya, Dino F. Umahuk, memberi tahu saya bahwa ia telah menulis pengantar resensi di Kemudian.com dengan kajiannya yang lumayan komplit seputar dunia sastra cyber, sejarah dan fenomenanya. Maka di tengah kesibukan menyelesaikan program proposal saya tergugah untuk ikut sedikit memberikan catatan pengantar.

Seperti beberapa waktu lalu saat saya membuka milis Bunga Matahari, menyimak milis kemudian.com seperti menjejakkan kaki ke dunia penuh warna. Dunia anak-anak muda dengan tulisan-tulisan mereka yang spontan, berani dan penuh semangat. Saya seakan sedang membayangkan berjalan-jalan di sebuah mall dengan dinding-dinding berhiaskan lukisan kata-kata. Begitu lugas, sederhana dan terkadang apa adanya. Tulisan-tulisan mereka begitu dinamis. Ungkapan perasaan jiwa sedih atau gembira hadir tetap dengan warna kesegarannya. Seperti obrolan mereka di kantin sekolah, kedai kampus atau cafe-cafe.

Saya tidak sedang ingin memperdebatkan apakah karya-karya mereka sudah memiliki kualitas karya sastra. Bagi saya tidak penting. Kemauan dan keberanian menulis serta mempublikasikan tulisan dalam sebuah komunitas milis, lalu di apresiasi oleh teman-temannya sudah merupakan awal sebuah proses yang baik. Semakin sering menulis, keterampilan memilih dan memilah kata dengan sendirinya akan terus terasah. Semakin banyak pergulatan dalam interaksi sosial, akan makin mematangkan jiwa dan memungkinkan mereka mampu menuangkannya dalam beragam tema. Tentu saja nantinya tema sesederhana apapun akan tetap hadir dengan padat, dalam dan dengan kesegarannya.

Menilik nama situs “Kemudian.com” saya sedang menduga-duga. Mungkin pemilihan nama ini memang berangkat dari kesadaran bahwa mereka sedang berproses, melatih diri, mengembangkan kemampuan menulisnya. Kesadaran untuk berproses tanpa merasa digurui membuat siapa saja yang menjadi anggota di dalamnya tetap dapat mengekspresikan perasaan dengan enjoy dan tanpa beban.

Ya, pada dasarnya betapa menyenangkan dapat menulis tanpa merasa terikat kaedah-kaedah yang rumit. Biarlah sementara ada pihak-pihak yang merasa paling memahami bahasa sastra. Lalu menghadirkan sajak-sajak rumit dan pelik dalam media cetak bergengsi. Yang kadang-kadang saya pun sering mengernyitkan dahi membacanya.

Di awal-awal saya menulis, lewat seorang teman, sajak-sajak saya diresensi oleh Bp. Sitor Situmorang. Saat saya ketemu dengan beliau dan bertanya apakah itu puisi? Beliau menjawab, “Puisi bukan dakwah para biksu, pendeta atau ustad, puisi akan menjadi puisi jika ia tidak menyimpulkan apalagi menggurui, puisi akan menjadi puisi jika ia mampu menjadi bahan renungan dan inspirasi bagi setiap pembacanya.”

Ada hal menarik yang patut dicatat dalam kegiatan milis seperti Kemudian.com ini. Di samping selalu padat dengan lalu lintas postingan tulisan-tulisan anggotanya, yang membuat mereka tetap saling mempunyai ikatan kecintaan terhadap milis sebagai rumah “curhat”, ada hal lain yang juga tak kalah menarik. Mereka membuat produk semacam pembatas buku atau t-shirt dengan kemasan yang menarik lalu ditawarkan kepada setiap anggotanya. Hal-hal yang tampaknya sepele ini sangat mungkin dilakukan oleh komunitas dengan networking sebagai medianya. Dan ini entah disadari atau tidak telah mampu membuat sebuah ikatan persahabatan tetap solid, dan dengan suasana yang guyup. Betapa indah di tengah kesumpekan hidup dan sesaknya nafas kota.

Patut di syukuri, di samping menulis, para awak milis Kemudian.com juga menyadari pentingnya membaca buku-buku sastra. Windry Ramadhina misalnya, nahkoda dari milis Kemudian.com ini dalam satu perbincangan dengan saya lewat YM, lagi asyik masyuk menyimak kumpulan cerpen atau novel dari penulis-penulis ternama di tanah air saat ini. Keinginan membaca sastra akan dengan sendirinya hadir saat mereka membutuhkannya.

Artinya saya akan siap-siap terkejut di kemudian hari, lewat Kemudian.com, akan lahir penulis-penulis handal. Semoga.

Jadi, tetap semangat!
Menulis? siapa takut?!

Read More...

Tidak Semua Orang Bisa Menulis Puisi

| Labels: , | 0 comments |

oleh Dino Umahuk

SAJAK. Aku merdeka sedari mula diciptakan. Aku memilih kata-kataku sendiri. Penyair tak lebih dari seorang juru tulis yang terhipnotis oleh pesonaku. Ia menuliskan apa yang Aku ingin ia tuliskan! Ya, betapa sombongnya Aku. Begitu katamu, bukan? Ada penyair yang bangga karena kupilih ia untuk menjahitkan baju bahasa untukku. Ada penyair yang merasa ialah penciptaku. Aku tak peduli. Yang terpenting tujuanku tercapai. Menjelma dari gaib menjadi nyata, dalam ujud kata-kata. Dan, wahai pembaca, inilah Aku, cermin dari dirimu, diri penyair, diri kehidupan. Temukanlah gaibku dalam kata-katamu. Temukanlah gaib kata-katamu dalam ujud kata-kataku. Begitu tulis TS. Pinang dalam Ketegangan Penyair, Sajak dan Pembacanya

Puisi merujuk kepada susunan / aturan ayat yang menyampaikan maksud dalam bentuk yang indah. Puisi adalah satu cabang kesenian manusia. Dalam bahasa bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create), Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif sekaligus konotatif. Dibanding bentuk karya sastra lain, bahasa puisi lebih memilki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan karena terjadinya konsentrasi atau pemadatan segenap kakuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi yang sanat padat bersenyawa secara padu bagaikan gula dalam larutan kopi.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.

Berkembangnya Sastra Cyber di Indonesia
Pada hari Rabu, 9 Mei 2001, sebuah buku berjudul “Grafity Gratitude” diterbitkan oleh Yayasan Multimedia Sastra. Buku yang cukup menghebohkan dunia kesusateraan Indonesia itu dapatlah kita sebutkan sebagai menumen berkembangnya sastra cyber di tanah air. Sejak saat itu, melalui situs www.cybersastra.net, sastra cyber semakin berkembang dan mendapat tempatnya terutama dikalangan kelas menangah dan mahasiswa, bahkan berhasil membentuk jaringan antar sastrawan diseluruh tanah air baik yang ada di dalam maupun luar negeri termasuk sastrawan malaysia. Beberapa bahkan menjalin hubungan akrab baik sebagai teman maupun pasangan hidup.

Salah satu perdebatan yang cukup panas ketika itu hingga kini adalah soal mutu dan kualitas sastra cyber. Seorang teman, Saya kira dibesarkan juga oleh sastra cyber dan belakangan lebih banyak menulis di koran, bahkan mempertanyakan apa bedanya sastra cyber dengan ,,tong sampah”. Artinya siapa saja asal punya komputer dan koneksi internet dapat mempublikasi puisi, cerpan, foto bahkan segala tetek-bengek dari yang paling sopan sampai yang paling porno. Siapa saja asa punya uang untuk bayar sewa warnet bisa bikin web blog dan menaruh segala rupa tulisan gambar dan bunyi didalamnya dari yang paling umum sampai yang paling pribadi.

Tak dinyana dunia kreativitas memang telah memasuki babak baru. Sensor dan peran redaksi nyaris tak ada sama sekali, (Kecuali bagi sastrawan yang menulis agar bisa makan). Langit yang luas, alam semesta maya menjadi arena kita menuangkan ide. Tak ada batas kecuali transfer speed, bandwith, dan file space. Ditambah jam kantor yang hampir selesai dan satpam sudah menunggu di pintu kantor, karena mengirimkannya dari komputer kantor atau uang dikantong yang masih cukup bagi mereka yang nongkrong di warnet.

Sebagai penggiat sastra cyber, Saya merasa bahagia melihat beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang berusaha menjadi penyair, menyamai atau mengalahkan nama-nama yang terlanjur menjadi „berhala” di dunia kesusasteraan nasional. Mereka ingin bicara apa saja menulis apa saja karena dalam dunia sastra cyber/multimedia huruf bukanlah segala-galanya.

Dilayar monitor komputer, kita bisa melihat baris-baris muncul dengan animasi huruf yang indah seolah menari, diiringi semburan warna-warni latar belakang suara ombak, nyanyian burung, atau vokalisasi dan musikalisasinya. Ini merupakan peluang yang perlu dilihat dan dimanfaatkan oleh kita semua selaku penggiat sasta cyber. Dalam hal ini kita patut mencatat bahwa YMS pernah mengeluarkan antologi puisi digital, Cyberpuitika pada 2002. Hal semacam ini layaknya di lakukan juga oleh kemunitas sasta cyber lain.

Dalam kaitan itu, beberapa hari yang lalu Saya menerima sebuah email yang tiba-tiba menyelinap ke folder email pribadi Saya, yang ternyata datang dari sebuah wadah ekpresi sastra bernama kemudian.com. Jujur saja itu pertama kalinya Saya mengetahui bahwa diantara beragam situs sastra, ada sebuah situs yang bernama kemudian.com.

Tanpa pikir panjang Saya mengiyakan saja permintaan untuk menjadi salah satu apresiator karya para penghuni rumah kemudian.com yang ditawarkan kepada Saya. Belakangan Saya juga diberitahu bahwa ada dua kawan karib yang ikut memberi aprasiasi yakni Hasan Aspahani dan Zay Lawang Langit.

Setelah seminggu membuka kamar puisi dan membedahnya dengan saksama, Saya menemukan tiga buah puisi yang menurut pendapat saya lumayan bernas dan manis. Ada baiknya ketiga puisi itu saya sertakan disini:

Kucari Engkau
telah kucari engkau sampai ke batasnya jingga. sampai ngiangnya camar berterbangan di telinga. sampai laut menjemput. sampai waktu tersudut. sampai kota berubah sunyi. dan langkahku segala bunyi. sampai padang ilalang. oleh hujannya gemintang. sampai aku merapuh. dan hilang.
telah kucari engkau sampai ke batasnya jingga. kucari engkau. kucari engkau.
dikirim ghe

Gadis Bunga
"Ini puisi yang kubuat waktu musim hujan, musim yang kusukai."
Saat Bunga musim hujan berguguran
Saat itulah seluruh rapuh menggema
Aku tak lagi berharap
Akan bunga desember yang menantang
Akan kelopak-kelopak orangenya
Yang melegakan jiwa
Saat daun-daun kering berserakan
Saat itulah remuk menyeru
Aku tak lagi mengingat
Tentang harapan warna-warni cerah
Akan putihnya melati, atau merahnya mawar
Akan hijaunya daun dan lembutnya awan
Biarkan rindu yang datang
Biarkan sesak yang ada
Menyeruak dia antara tumpukan ranting pohon
Yang terkelupas kulitnya
dikirim mamotte_luna

kepada banyak pertanyaan
kau sebut aku dengan nama selain perempuan
mungkin ingin kau isyaratkan
bahwa kau bersungguh sungguh dengan keresahan
lalu kubuat sajak sajak jawaban
yang justru membuahkan pertanyaan
dalam renung
dahanmu kerap kupasung karena beburung tak mau terbang dari dahan tanjung...
lelaki...lelaki...
dapatkah kata meyakinkan hati
sedang langit dan lautan belum juga berpapasan
mereka saling dusta tentang mimpi dan realita
tapi aku akan mengelus kepala dan menidurkanmu dengan manja
di dada..?, kutanya
sambil kuceritakan sebuah musim yang hening juga panjang
dikirim kucing_betina

Ketiga puisi ini menurut Saya telah memenuhi unsur-unsur sebuah puisi, yakni puisi sebagai bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan stuktur batinnya. Selebihnya saya baru melihat ada semacam gumam dan curhat yang bisa kita temui pada buku diary para remaja.

Namun demikian saya tentunya tidak patah arang jika melihat kenyataan perpuisian tanah air saat ini. Nama-nama besar yang sekarang menghiasi ranah puisi seperti, Hasan Aspahani, Nanang Suryadi, Aan Mansyur, TS Pinang dan sederat nama lain, adalah orang-orang yang juga lahir dari almarhum ibu kandung sastra cyber bernama cybersastra.net seperti juga diri Saya.

Akhirnya Saya mengucapkan selamat kepada kemudian.com, terutama pada semangatnya untuk membuka ruang bagi tumbuh dan berkembangnya sastra tanah air, terutama puisi.

Salam.

Read More...

Menuju Dunia Profesional...

Tuesday, November 6, 2007 | Labels: | 1 comments |

Tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya tersebar jiwa-jiwa penulis yang terpendam dalam diri orang-orang dengan berbagai profesi. Dan di antaranya, justru tersimpan cita-cita untuk menjadi seorang penulis sukses.

Sayang, banyak yang terbentur oleh berbagai hal. Ide yang tiba-tiba buntu, rasa tidak percaya diri untuk menunjukkan tulisannya pada orang lain, rasa putus asa akibat hasil karyanya ditolak penerbit, ataupun karena lingkungan yang kurang mendukung.

Untuk itulah KEMUDIAN ada. Berawal dari ambisi pribadi pendirinya, segera KEMUDIAN menjadi sebuah komunitas penulis amatir yang berkembang pesat. Dikatakan amatir pun, sebenarnya beberapa anggota komunitas KEMUDIAN ada yang telah menjadi penulis pro, seperti Isman Hidayat – penulis humor yang telah menerbitkan buku Bertanya Atau Mati!, Hara Hope – novelis teenlit, ataupun Gunawan Maryanto – cerpenis sastra yang karya-karyanya telah banyak dimuat di koran.

Menjelang usia satu tahun KEMUDIAN pada bulan Desember 2007, komunitas ini telah memiliki lebih dari 3.000 anggota yang telah memajang lebih dari 5.000 hasil tulisannya berupa cerpen maupun puisi, serta mendapat lebih dari 45.000 umpan balik terhadap karya mereka. Dan masih akan terus bertambah.

Oleh karena itu, komunitas KEMUDIAN merasa terpanggil untuk mengembangkan mutu/ kualitas penulis-penulis muda, khususnya penulis KEMUDIAN.

Read More...