Tidak Semua Orang Bisa Menulis Puisi

Wednesday, November 7, 2007 | Labels: , | |

oleh Dino Umahuk

SAJAK. Aku merdeka sedari mula diciptakan. Aku memilih kata-kataku sendiri. Penyair tak lebih dari seorang juru tulis yang terhipnotis oleh pesonaku. Ia menuliskan apa yang Aku ingin ia tuliskan! Ya, betapa sombongnya Aku. Begitu katamu, bukan? Ada penyair yang bangga karena kupilih ia untuk menjahitkan baju bahasa untukku. Ada penyair yang merasa ialah penciptaku. Aku tak peduli. Yang terpenting tujuanku tercapai. Menjelma dari gaib menjadi nyata, dalam ujud kata-kata. Dan, wahai pembaca, inilah Aku, cermin dari dirimu, diri penyair, diri kehidupan. Temukanlah gaibku dalam kata-katamu. Temukanlah gaib kata-katamu dalam ujud kata-kataku. Begitu tulis TS. Pinang dalam Ketegangan Penyair, Sajak dan Pembacanya

Puisi merujuk kepada susunan / aturan ayat yang menyampaikan maksud dalam bentuk yang indah. Puisi adalah satu cabang kesenian manusia. Dalam bahasa bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create), Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif sekaligus konotatif. Dibanding bentuk karya sastra lain, bahasa puisi lebih memilki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan karena terjadinya konsentrasi atau pemadatan segenap kakuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur batin puisi yang sanat padat bersenyawa secara padu bagaikan gula dalam larutan kopi.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.

Berkembangnya Sastra Cyber di Indonesia
Pada hari Rabu, 9 Mei 2001, sebuah buku berjudul “Grafity Gratitude” diterbitkan oleh Yayasan Multimedia Sastra. Buku yang cukup menghebohkan dunia kesusateraan Indonesia itu dapatlah kita sebutkan sebagai menumen berkembangnya sastra cyber di tanah air. Sejak saat itu, melalui situs www.cybersastra.net, sastra cyber semakin berkembang dan mendapat tempatnya terutama dikalangan kelas menangah dan mahasiswa, bahkan berhasil membentuk jaringan antar sastrawan diseluruh tanah air baik yang ada di dalam maupun luar negeri termasuk sastrawan malaysia. Beberapa bahkan menjalin hubungan akrab baik sebagai teman maupun pasangan hidup.

Salah satu perdebatan yang cukup panas ketika itu hingga kini adalah soal mutu dan kualitas sastra cyber. Seorang teman, Saya kira dibesarkan juga oleh sastra cyber dan belakangan lebih banyak menulis di koran, bahkan mempertanyakan apa bedanya sastra cyber dengan ,,tong sampah”. Artinya siapa saja asal punya komputer dan koneksi internet dapat mempublikasi puisi, cerpan, foto bahkan segala tetek-bengek dari yang paling sopan sampai yang paling porno. Siapa saja asa punya uang untuk bayar sewa warnet bisa bikin web blog dan menaruh segala rupa tulisan gambar dan bunyi didalamnya dari yang paling umum sampai yang paling pribadi.

Tak dinyana dunia kreativitas memang telah memasuki babak baru. Sensor dan peran redaksi nyaris tak ada sama sekali, (Kecuali bagi sastrawan yang menulis agar bisa makan). Langit yang luas, alam semesta maya menjadi arena kita menuangkan ide. Tak ada batas kecuali transfer speed, bandwith, dan file space. Ditambah jam kantor yang hampir selesai dan satpam sudah menunggu di pintu kantor, karena mengirimkannya dari komputer kantor atau uang dikantong yang masih cukup bagi mereka yang nongkrong di warnet.

Sebagai penggiat sastra cyber, Saya merasa bahagia melihat beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang berusaha menjadi penyair, menyamai atau mengalahkan nama-nama yang terlanjur menjadi „berhala” di dunia kesusasteraan nasional. Mereka ingin bicara apa saja menulis apa saja karena dalam dunia sastra cyber/multimedia huruf bukanlah segala-galanya.

Dilayar monitor komputer, kita bisa melihat baris-baris muncul dengan animasi huruf yang indah seolah menari, diiringi semburan warna-warni latar belakang suara ombak, nyanyian burung, atau vokalisasi dan musikalisasinya. Ini merupakan peluang yang perlu dilihat dan dimanfaatkan oleh kita semua selaku penggiat sasta cyber. Dalam hal ini kita patut mencatat bahwa YMS pernah mengeluarkan antologi puisi digital, Cyberpuitika pada 2002. Hal semacam ini layaknya di lakukan juga oleh kemunitas sasta cyber lain.

Dalam kaitan itu, beberapa hari yang lalu Saya menerima sebuah email yang tiba-tiba menyelinap ke folder email pribadi Saya, yang ternyata datang dari sebuah wadah ekpresi sastra bernama kemudian.com. Jujur saja itu pertama kalinya Saya mengetahui bahwa diantara beragam situs sastra, ada sebuah situs yang bernama kemudian.com.

Tanpa pikir panjang Saya mengiyakan saja permintaan untuk menjadi salah satu apresiator karya para penghuni rumah kemudian.com yang ditawarkan kepada Saya. Belakangan Saya juga diberitahu bahwa ada dua kawan karib yang ikut memberi aprasiasi yakni Hasan Aspahani dan Zay Lawang Langit.

Setelah seminggu membuka kamar puisi dan membedahnya dengan saksama, Saya menemukan tiga buah puisi yang menurut pendapat saya lumayan bernas dan manis. Ada baiknya ketiga puisi itu saya sertakan disini:

Kucari Engkau
telah kucari engkau sampai ke batasnya jingga. sampai ngiangnya camar berterbangan di telinga. sampai laut menjemput. sampai waktu tersudut. sampai kota berubah sunyi. dan langkahku segala bunyi. sampai padang ilalang. oleh hujannya gemintang. sampai aku merapuh. dan hilang.
telah kucari engkau sampai ke batasnya jingga. kucari engkau. kucari engkau.
dikirim ghe

Gadis Bunga
"Ini puisi yang kubuat waktu musim hujan, musim yang kusukai."
Saat Bunga musim hujan berguguran
Saat itulah seluruh rapuh menggema
Aku tak lagi berharap
Akan bunga desember yang menantang
Akan kelopak-kelopak orangenya
Yang melegakan jiwa
Saat daun-daun kering berserakan
Saat itulah remuk menyeru
Aku tak lagi mengingat
Tentang harapan warna-warni cerah
Akan putihnya melati, atau merahnya mawar
Akan hijaunya daun dan lembutnya awan
Biarkan rindu yang datang
Biarkan sesak yang ada
Menyeruak dia antara tumpukan ranting pohon
Yang terkelupas kulitnya
dikirim mamotte_luna

kepada banyak pertanyaan
kau sebut aku dengan nama selain perempuan
mungkin ingin kau isyaratkan
bahwa kau bersungguh sungguh dengan keresahan
lalu kubuat sajak sajak jawaban
yang justru membuahkan pertanyaan
dalam renung
dahanmu kerap kupasung karena beburung tak mau terbang dari dahan tanjung...
lelaki...lelaki...
dapatkah kata meyakinkan hati
sedang langit dan lautan belum juga berpapasan
mereka saling dusta tentang mimpi dan realita
tapi aku akan mengelus kepala dan menidurkanmu dengan manja
di dada..?, kutanya
sambil kuceritakan sebuah musim yang hening juga panjang
dikirim kucing_betina

Ketiga puisi ini menurut Saya telah memenuhi unsur-unsur sebuah puisi, yakni puisi sebagai bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan stuktur batinnya. Selebihnya saya baru melihat ada semacam gumam dan curhat yang bisa kita temui pada buku diary para remaja.

Namun demikian saya tentunya tidak patah arang jika melihat kenyataan perpuisian tanah air saat ini. Nama-nama besar yang sekarang menghiasi ranah puisi seperti, Hasan Aspahani, Nanang Suryadi, Aan Mansyur, TS Pinang dan sederat nama lain, adalah orang-orang yang juga lahir dari almarhum ibu kandung sastra cyber bernama cybersastra.net seperti juga diri Saya.

Akhirnya Saya mengucapkan selamat kepada kemudian.com, terutama pada semangatnya untuk membuka ruang bagi tumbuh dan berkembangnya sastra tanah air, terutama puisi.

Salam.

0 comments: