Metafora yang Tidak Pas

Friday, January 11, 2008 | Labels: , | |

Oleh Hasan Aspahani

Seorang Lelaki dan Layang-layang oleh andi tafader

0. Inilah sajak yang hendak kita bicarakan:

Seorang Lelaki dan Layang-layang

Lelaki itu membeli layang-layang berdawai nyaring
Di tepi jalan di suatu siang yang benderang
Dipilihnya yang berwarna paling terang
Dibawa dan dimainkan di tanah lapang

Layang-layang senang bukan kepalang
Terbang tinggi menggapai bintang
Ditarik ulur ujung benang
Layang-layang mengawang-awang

Angin kencang datang menendang
Layang-layang putus melayang
Dikejarnya dengan galah panjang
Layang-layang tak jadi menghilang

Puas bermain meniti jalan pulang
Di tepi jalan layang-layang baru ramai terpajang
Warna dan bentuk lebih terang dan mentereng
Dibelinya lagi satu layang-layang
Layang-layang lama dihempaskan ke jurang
Dawainya melengkingkan sebuah dendang

Tentang seorang lelaki yang tak usai bertualang
Dengan wanita-wanita yang selalu jadi pecundang

(30 Nopember 2007)

1. SAYA sangat terganggu dengan dua baris pada larik terakhir itu. Saya kira dengan dua baris itu penyairnya bermaksud memberi kejutan atau memberi panduan kepada pembaca. Seakan ia mau berkata, “ini lo maksud sajak saya.” Ini samalah kira-kira dengan sajak Chairil Anwar “Aku” yang tiba-tiba di akhir sajak itu diberi baris: Sajak ini tentang semangat hidupku yang berkobar-kobar! Apa perlunya? Kenikmatan sajak justru ketika pembaca dihargai kemampuannya untuk menangkap maksud sajak.

2. TAPI baiklah kita terima kebaikan hati si penyair dengan mengikuti saja petunjuknya, bahwa layang-layang di sajak ini adalah metafora dari perempuan. Tepatkah metafora itu? Atau kita ganti pertanyaannya: asyikkah metafora itu? Saya kira tidak. Coba kita nikmati dari awal.

  • Perempuan seperti apakah yang terbayang dengan metafora “layang-layang berdawai nyaring”?
  • Kalau perempuan itu dikaitkan dengan lelaki yang suka berpetualang, maka apakah tepat bila dalam sajak ini digambarkan si lelaki itu mendapatkan si perempuan di sebuah siang yang terang? Mungkin lebih tepat, bila digambarkan transaksi itu terjadi di malam remang. Tapi, sejak awal si penyair telah memilih laying-layang, dan itulah masalahnya, sebab tak mungkin kan main laying-layang pada malam hari?
  • Dengan nalar yang sama, kita bisa bertanya apakah yang terbayang ketika si layang-layang itu direbutkan di tanah lapang? Harusnya kan di tempat yang juga remang-remang?
  • Begitulah, bait-bait berikutnya juga semakin meyusahkan saya untuk mengutuhkan bacaan saya, dan saya kecewa.

3. SAYA sangat percaya pada teori bahwa sajak yang baik adalah sajak yang oleh penyairnya dijaga keutuhannya, sambil ia juga menawarkan keasyikan-keasyikan proses pemaknaan dengan menjalin kompleksitas di sekujur sajaknya itu. Unitas dijaga dan . kompleksitas ditebarkan. Maka hasilnya adalah sajak yang asyik untuk ditelusuri.

4. SAYA yakin kandungan sajak di atas bisa dituliskan dengan lebih baik lagi, asal si penyairnya meninjau lagi metafora yang hendak ia pakai, memberdayakan lagi perangkat-perangkat puitika. Apa itu? Ya baca lagi teori Strukturalis, yang menjelaskan bahwa sajak terdiri atas struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas kosa kata yang dikuasai penyairnya, diksi, bahasa kias dll. Struktur batin terdiri atas tema, nada, dll.

5. Ah, saya cuma penyair bakat alam yang belajar otodidak. Anda, wahai penyair sajak ini, pun bisa juga melacak dan belajar sendiri teori-teori sajak (tanya Om Google-lah) belajar struktur sajak demi mempercanggih persajakan Anda.

Salam.

4 comments:

  1. Anonymous says:

    Situs pertemanan makin banyak bertebaran di internet. Dari sekian banyak nama, friendster, adalah satu nama yang paling populer. Sebab, dari situs ini, kita bisa banyak mendapat teman, dan bahkan mencari teman yang sudah lama tidak berhubungan dengan kita. Situs pertemanan, bagi sebagian orang memang telah menjadi semacam media yang sangat menyenangkan. Selain bertemu teman, berkenalan, hingga saling mengirimkan undangan pertemuan, menjadikan media ini bukan sebatas media maya belaka.

    Nah, bagi yang mempunyai hobi sama, situs pertemanan bisa jadi juga memberi kemudahan untuk saling bertukar informasi, Salah satu situs petemanan khusus satu hobi ini bisa ditemui di www.penulis-indonesia.com. Seperti namanya, situs pertemanan ini memang hendak mengumpulkan jaringan para penulis di seluruh Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

    Menulis, belakangan memang menjadi sebuah fenomena yang makin berkembang di Indonesia. Makin banyak bermunculan penulis berbakat di tanah air yang tak hanya berbicara di tingkat lokal. Sebab, ada pula yang telah berhasil di ranah internasional. Hebatnya lagi, penulis di Indonesia itu sangat variatif usia pegiatnya, dari anak kecil hingga usia dewasa.

    Dengan situs pertemanan www.penulis-indonesia.com, para penulis ini hendak dikumpulkan dalam satu wadah pertemanan untuk saling dukung, saling dorong, saling bina, saling bantu, hingga suatu saat nanti, akan makin banyak penulis berkelas internasional di Indonesia. Tentunya, harapan ini bukan harapan kosong belaka. Sebab, hanya dengan kekuatan pertemanan dan relasi, kita bisa saling bantu menumbuhkembangkan dunia kepenulisan ini. Jadi, siap bergabung di www.penulis-indonesia.com?

  2. Anonymous says:

    peresensi menyatakan sednri bahwa sajak ini mirip dengan sajak Chairil Anwar. saya sendiri terisnpirasi membuat metafora layang2 ini dari beberapa sajak yg saya baca diinternet, dengan larik terakhir 'seperti' memberi 'petunjuk'. tapi peresensi kecewa dengan pilihan itu, meski akhirnya menerima kebaikan itu secara terpaksa. mungkin karena kecewa itu juga, akhirnya resensi ini seperti terburu2 dan tidak komprehensif. kata 'siang' dalam baris kedua sajak ini tidak merujuk kepada waktu bermain layang2, tapi pada saat membeli layang2. lalu kata siapa layang2 tidak bisa dimainkan malam hari? anda orang kampung atau kota. saya, 100% asli orang kampung, yang semasa kecil tentu sangat mengakrabi layang2, bisa bermain layang2 dengan teman2 tentunya hingga jam 9 malam. layang2 bisa dimainkan kapan saja bila ada angin. kata 'siang' di sini juga bisa berarti suatu masa di mana seseorang pemimpi berkata "ah, tobat nanti aja, kalau sudah sore, sebelum malam menelannya". sebenarnya versi asli sajak ini, 3 larik terakhir tidak ada, tapi karena ada beberapa komen yg masuk, akhirnya 3 larik itu dimasukkan. anyway thanks for resensinya...
    dari seorang pemula, yg baru saja mulai menapak jalan baru ini....

  3. Anonymous says:

    "seharusnya terjadi di waktu yang remang2".
    (?) Kata siapa om? apakah ini bukan klise? sekarang bisa kapan aja kali, di saat jeda rutinitas kantor, saat dinas luar, kapan saja....

  4. Anonymous says:

    halo andi tafader, baca deh komen saya ttg resensi hasan yang tidak pas ini hahaha di perkosa kata versi multiply